
Ada bukti yang menunjukkan bahwa sabung ayam adalah hiburan di Peradaban Lembah Indus. Encyclopædia Britannica (2008) menyatakan:
The sport was popular in ancient times in India, China, Persia, and other Eastern countries and was introduced into Ancient Greece in the time of Themistocles (c. 524–460 BC). For a long time the Romans affected to despise this “Greek diversion”, but they ended up adopting it so enthusiastically that the agricultural writer Columella (1st century AD) complained that its devotees often spent their whole patrimony in betting at the side of the pit.
Yang menceritakan asal muasal dari permainan sabung ayam ini dan bagaimana masyarakat yunani kuno mengahabiskan semua harta mereka untuk bertaruh dalam judi sabung ayam.
Baca juga Pengaruh COVID-19 terhadap judi sport online
Berdasarkan analisisnya tentang Segel Mohenjo-daro, Iravatham Mahadevan berspekulasi bahwa nama kuno kota itu bisa saja Kukkutarma (“kota [-rma] dari ayam jantan [kukkuta]”). Namun, menurut sebuah studi baru-baru ini, “tidak diketahui apakah burung-burung ini membuat banyak kontribusi untuk unggas domestik modern. Ayam dari budaya Harappan di Lembah Indus (2500-2100 SM) mungkin menjadi sumber utama difusi di seluruh dunia. ” “Di dalam Lembah Indus, terdapat indikasi bahwa ayam digunakan untuk olahraga dan bukan untuk makanan” (Zeuner 1963) dan pada tahun 1000 SM mereka menganggap permainan sabung ayam ini memiliki “signifikansi religius”.
At first cockfighting was partly a religious and partly a political institution at Athens; and was continued for improving the seeds of valor in the minds of their youth, but was afterwards perverted both there and in the other parts of Greece to a common pastime, without any political or religious intention
Yang berusaha menyampai bahwa pada awalnya sabung ayam merupakan ritual keagamaan dan sebagian lagi merupakan sebuah simbol untuk pergerakan politik di Athens tapi lama kelamaan kehilangan maknanya dan hanya menjadi hiburan biasa.
Di indonesia sendiri sabung ayam adalah tradisi yang sangat tua dalam agama Hindu Bali, Prasasti Batur Bang I (dari tahun 933) dan Prasasti Batuan (tanggal 944 pada kalender Caka Bali) mengungkapkan bahwa ritual tabuh rah sudah ada selama berabad-abad.
Di Bali, sabung ayam, yang dikenal sebagai tajen, dipraktikkan dalam ritual pemurnian agama kuno untuk mengusir roh-roh jahat. Ritual ini, suatu bentuk pengorbanan hewan, disebut tabuh rah (“menuangkan darah”). Tujuan tabuh rah adalah untuk memberikan persembahan (darah ayam yang hilang) kepada roh-roh jahat. Adu ayam adalah kewajiban agama di setiap festival pura Bali atau upacara keagamaan. Sabung ayam tanpa tujuan keagamaan dianggap sebagai perjudian di Indonesia, meskipun masih banyak dilakukan di banyak wilayah Indonesia. Perempuan umumnya tidak terlibat dalam proses tabuh rah. Proses tabuh rah diadakan di paviliun terbesar di kompleks candi Bali, wantilan.